Rancang bangun fairing motor mengandalkan riset aerodinamika mulai ‘meriah’ pada 2016. Ducati yang memasang ‘sungut lele’ untuk meningkatkan downforce waktu itu cukup menggegerkan hingga berbuntut pelarangan winglet itu. Alasannya, membahayakan saat terjadi insiden. Bisa menjadi senjata berbahaya pada 2017. Kecuali, desain peranti itu dibikin built in, alias menyatu dengan bodi/ fairing motor.
Teknologi F1
Ilmuwan Ducati yang beken di soal aerodinamika, lantas merancang semacam spoiler/spoon di swingarm yang juga memunculkan perdebatan pada 2019. Hingga akhirnya dibentuklah regulasi yang khusus “mengurusi” angin atau udara ini. Dan semua desain harus memperoleh homologasi sebelum musim kompetisi berjalan.
Nah, tahun 2023, sejatinya adalah titik kulminasi perang aerodinamika antartim balap. Mereka seolah tak peduli bentuk motornya makin terlihat aneh, karena rancang bangun bodi untuk memaksimalkan aerodinamika.
Lalu apa sebenarnya aerodinamika? Terjemahan sederhanya, ilmu yang mempelajari daya hambatan yang terjadi pada udara saat diterjang motor dan pembalap pada kecepatan tinggi. Kemampuan mengatur dan menyiasati aerodinamika, tak hanya mampu meningkatkan kecepatan, tapi juga stabilitas motor dan sistem pendinginan udara.
Riset aliran udara ini dulu dilakukan di wind tunnel (terowongan angin). Saking ingin mendapatkan hasil nyata, mereka sampai membuat maket (mokeup) 1:1 motor dan pembalap beneran. Tidak praktis lantaran makan waktu dan tenaga.
Baca Juga : Klasemen MotoGP 2024 Usai GP Qatar – Francesco Bagnaia Teratas, Marc Marquez Enggak Jauh
Namun kini, semua riset mengandalkan teknologi canggih. Menggunakan sejumlah rendering 3D dan CFD (computational fluid dynamics). Teknologi ini menyodorkan prediksi-prediksi apa yang terjadi pada motor (saat melaju atau menikung) berdasarkan fluid-flow phenomena hukum massa, momentum dan energi. Rumit lah pokoknya. Ini teknologi tingkat dewa. Ducati dan Aprilla sampai bela-belain mempekerjakan ahli aerodinamika dari F1 Ferrari.
Tim ahli ini lantas menganalisa aliran udara saat ‘diterobos’ motor (dan pembalapnya) pada kecepatan tinggi melalui simulasi digital. Dari situ akan ketahuan efek-efek aliran udara ‘sampingan’ yang tak terduga sebelumnya. Seperti misalnya, terjadi turbulensi kecil di sisi motor yan gdekat dengan aspal saat di tikungan high speed. Putaran angin ini diyakini punya pengaruh ‘sedkikit mengangkat roda belakang” hingga traksi roda belakang menurun. Berdasar prediksi serupa itu, mereka melakukan beberapa penyesuaian/modifkasi bentuk bodi atau peranti lain di motor hingga mencapai titik yang diharapkan sesuai masing-masing postur pembalap dan motornya.