Memasuki musim kompetisi 2024, WorldSBK menerapkan banyak aturan baru atau lebih tepatnya melakukan pembatasan di beberapa sektor. Aturan baru yang diterapkan meliputi sektor teknis maupun non-teknis.
Termasuk berat badan pembalapnya dijadikan masalah. Lho?
Untuk membuat persaingan seimbang, referensi berat badan pembalap ditetapkan 80 kg lengkap dengan helm, racing suit, sepatu, dan seluruh pengaman lain yang dipakainya.
Beban Tambahan
Pembalap dengan berat badan di bawah batasan itu, motornya wajib diberi beban tambahan. Setiap kelipatan 1 kg selisih bobot badan, akan kena beban tambahan 0,5 kg.
Jadi, umpama berat badan pembalap 70 kg, dia akan kena 0,5 kg x 10 kg (selisih bobot badan dan referensi bobot) atau motornya akan menanggung beban tambahan seberat 5 kg.
Tujuan regulasi ini adalah, untuk mengurangi ‘keuntungan’ pembalap cungkring alias kurus. Karena dalam balap, rasio tenaga motor berbanding berat total (motor dan pembalap), cukup berpengaruh.
Selain masalah berat badan, regulasi yang diterapkan adalah larangan memindahkan posisi mesin dari sasis.
Memajukan atau memundurkan posisi mesin, dulu sering dilakukan untuk memperoleh center of gravity yang diinginkan. Biasanya sesuai karakter sirkuit.
Sirkuit dengan banyak tikungan seperti Assen di Belanda, cenderung mesin digeser ke depan.
Tujuannya, motor makin lincah dan ketika buka gas selepas tikungan, roda depan relatif tidak terangkat.
Pelanggaran pada regulasi ini pembalap akan dihukum start dari grid paling belakang dan menjalani 2 kali long lap.
Baca Juga : Puas Finish ke-13 di MotoGP Qatar, Komentar Joan Mir Seolah Tanda Kebangkitan Honda
Jika dibandingkan dengan regulasi sebelumnya, tahun ini lebih berat.
Karena aturan sebelumnya ‘hanya’ mengganjar dengan start dari pit lane setelah semua pembalap melaju sejurus setelah lampu hijau menyala.
Masih ada beberapa regulasi lain, yang kita bahas di artikel lain ya di MotoSport.id. Kepanjangan nanti pada bosen bacanya. [Foto2 WorldSBK]