PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) resmi melakukan ekspor perdana dua produk unggulannya, yaitu Suzuki Fronx dan Suzuki Satria untuk pasar Asia Tenggara (18/11).
Hal ini seolah menandai sejarah baru bahwa pabrikan berlogo S ini memulai ekspor dua model sekaligus dengan varian roda dua dan roda empat demi memenuhi keinginan pasar Asia oleh dua produk baru tersebut.
Seremoni pelepasan ekspor Suzuki Satria dan Suzuki Fronx dilakukan di fasilitas Plant Cikarang. Hal ini juga menegaskan posisi Suzuki Indonesia sebagai basis produksi serta ekspor kedua model di atas.

“Ekspor perdana Fronx dan Satria adalah bentuk nyata dari kesiapan Indonesia untuk bersaing pada pasar Internasional,” ungkap Minoru Amano selaku Presiden Direktur PT Suzuki Indomobil Motor dan PT Suzuki Indomobil Sales (SIS).
“Kami memproduksi kendaraan berstandar global serta mampu menyesuaikan dengan regulasi negara tujuan. Langkah maju ini menegaskan peran Indonesia sebagai salah satu basis produksi strategis Suzuki di Asia Tenggara,” jelasnya dari rilis resmi yang diterima MotoSport.id.
Baca Juga : Suzuki Luncurkan Satria PRO dan Satria F150 Terbaru, Ini Beda dan Harganya
Komitmen sejarah baru ini pun mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia dengan hadirnya Faisol Riza selaku Wakil Menteri Perindustrian RI. Hal itu lantaran dengan memperkuat ekspor, Suzuki menunjukkan kapabilitas beserta daya saing yang lebih handal ditengah kompetisi merek serta bisnis otomotif dalam negeri.
Dukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sebagai kontributor ekspor sektor manufaktur (non-migas), Suzuki memproyeksikan pendapatan dari kedua produknya sanggup memberikan injeksi positif bagi devisa negara.
Merek asal Jepang yang telah lama membangun industri di Indonesia ini menargetkan bisa mengapalkan Fronx sejumlah 30.000 unit serta Satria sebanyak 150.000 unit. Angka tersebut dihitung mewakili target volume kumulatif pengiriman ke luar negeri sampai dengan tahun 2027.
Menurut kalkulasi internal Suzuki Indonesia, Fronx digadang akan berkontribusi sekitar 30% terhadap ekspor mobil Suzuki hingga 2027. Sedangkan Satria disinyalir mampu mencapai kontribusi lebih kurang 60% dari keseluruhan ekspor sepeda motor Suzuki dengan durasi yang sama.
Selain itu, Suzuki Indonesia mampu mengupayakan rata-rata kandungan komponen dalam negeri lebih kurang 63% untuk Fronx, serta lebih kurang 82% bagi Satria. Kondisi tersebut sekaligus menyimpan makna yaitu kesiapan mitra rantai pasok lokal dari segi kualitas maupun kuantitas.
Dengan begitu, tidak hanya pasar internasional saja yang bisa terpenuhi kebutuhannya, tetapi hal ini juga menjadi penyumbang pemasukan besar bagi bisnis rantai pasok komponen lokal Indonesia itu sendiri.
“Setiap unit yang kami kirimkan ke pasar mancanegara adalah representasi kompetensi industri serta kepercayaan terhadap kualitas tenaga kerja Indonesia,” jelas Minoru Amano.
“Ekspor ini tidak hanya memperluas jejak bisnis global Suzuki, tetapi juga memberikan multiplikasi manfaat ekonomi bagi ekosistem pemasok lokal, sumber daya manusia, hingga perekonomian nasional. Kami akan terus memperkuat sekaligus mengamankan posisi sentral Indonesia di panggung otomotif dunia,” tutupnya.
Sejarah Ekspor Suzuki Indonesia
Suzuki Indonesia sendiri telah menjalankan bisnis ekspor sejak tahun 1993. Ketika itu bermula dari Suzuki Carry Futura dan Suzuki RC100. Sejak tahun itu, Suzuki telah berhasil mengekspor lebih dari 0,8 juta mobil dan 1,5 juta sepeda motor.
Besarnya volume tersebut tersebar ke lebih dari 100 negara destinasi ekspor, meliputi region Asia, Amerika Latin, Timur Tengah, Oseania, Afrika hingga Eropa.
Hampir seluruh model mobil maupun sepeda motor yang pernah dan masih diproduksi oleh Suzuki Indonesia turut diandalkan untuk memenuhi permintaan global.
Rangkaian industri Suzuki ini mampu berjalan lancar berkat ekosistem utama yang telah mendukung, seperti keberadaan lebih dari 800 mitra pemasok.
Tak sedikit dari rekanan tersebut merupakan perusaahaan lokal didominasi oleh investor domestik hingga 55%. Lebih spesifik lagi, 32% di dalamnya masuk dalam kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

