Ajang balap motor konversi listrik bertajuk PLN EV Conversion Race 2024, merupakan ajang balapan yang baru pertama kali digelar di Indonesia.
Bahkan pembawa acara alias MC di Sentul International Karting Circuit, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu 13 Oktober 2024, menyebutkan balap motor konversi listrik yang digagas oleh PLN dan Kementerian ESDM ini, diklaim sebagai yang pertama di dunia.
Balapan ini sebagai ajang adu kebut, motor dengan sasis motor konvensional, yang mesin penggeraknya menggunakan motor listrik.
Jadi secara kasat mata, kita seperti melihat ajang matik race, karena motor yang digunakan menggunakan sasis motor matik.
Baca juga: Adu Kebut Motor Konversi Listrik Jadi Ajang Pembuktiaan
Hanya saja tidak terdengar suara raungan mesin, lantaran tenaganya menggunakan motor listrik yang memang terkenal senyap.
Dikompres Es Batu Agar Baterai pada Balap Motor Konversi Listrik tidak Overheat
Nah, karena pada tahun ini baru diselenggarakan sebanyak dua seri, sehingga para mekanik masih harus memutar otak untuk berkreasi.
Tujuannya, agar pembalap yang menggunakan motor listrik konversi tidak mengalami kendala teknis selama balapan.
Baca juga: Motor Listrik Honda Cetak Sejarah MotoGP di Sirkuit Mandalika
Seperti yang dilakukan Robbi Ramdani, mekanik dari tim RMS Project 101 Power Ride by BRT yang menggunakan es batu untuk menjaga suhu baterai agar tetap adem.
Menurut mekanik dari tim asal Sukabumi ini menjelaskan, baterai yang menjadi sumber tenaga pada motor listrik akan memutuskan daya jika kondisinya terlalu panas alias overheat.
“Jika baterainya overheat maka motor listrik akan mati, karena asupan daya dari baterai terhenti,” bebernya kepada Motosport.id di area paddock.
Nah, untuk menjaga suhu baterai agar tetap dingin, makanya Robbi melakukan cara dengan mengkompres baterai menggunakan es batu.
Baca juga: Motor Listrik Rimau S Bisa Ngebut Hingga 95 Km/Jam
“Jadi bagi kami peran es batu, untuk menjaga suhu baterai agar tetap adem cukup penting,” tambahnya.
Ada dua baterai, yang terpasang pada motor listrik.
Masing-masing memiliki daya 72 volt 20 ampere, untuk balap motor konversi listrik yang turun di kelas 2 kw.
Robbi juga menjelaskan, satu baterai terpasang di dek belakang sokbreker depan, sedangkan satu lagi dipasang di bawah jok.
“Untuk baterai yang terpasang di bawah jok, agar suhu baterai tetap adem, maka selain dikompres es batu, cover body-nya dibolongin, jadi ketika balapan angin bisa masuk ke bawah jok,” jelasnya.
Nah, cara itu dianggap ampuh untuk menjaga suhu baterai tetap dingin. Alhasil, pembalap dan timnya meraih juara umum pada kelas 2 kw.
Tentu selain faktor baterai yang dikompres oleh es batu, untuk menjaga agar suhu baterain tetap dingin.
Racikan pada ruang CVT, gigi rasio dan skill balap yang dimiliki oleh Ahmad Saugi juga menjadi faktor keberhasilan meraih juara umum tersebut.