Ibnu Sambodo punggawa Motul Sniper Manual Tech ungkap tentang keberhasilan Aiki Iyoshi podium dua Race 2 AP250 ARRC Thailand 2024.
Sebelum itu, pertarungan seru diperlihatkan kelas Asia Production (AP250) Asia Road Racing Championship (ARRC) 2024.
Seperti ditampilkan ketika Race 1 dan Race 2 AP250 ARRC Thailand 2024 dipentas di sirkuit Buriram (15-17/3).
Tiap pembalap yang memacu motor dari tiga merek pabrikan berbeda, silih berganti memimpin jalannya balap hingga tikungan akhir seolah menjadi penentu sebelum melintasi garis finish.
Tiga Merek Motor Berbeda
Itu karena tim pabrikan Yamaha, yaitu Yamaha Racing Indonesia (YRI) mengeluarkan Yamaha YZF-R3 untuk berkompetisi melawan motor sport lainnya di kelas AP250.
Begitu juga dengan tim Motul Sniper Manual Tech yang kerap mengusung Kawasaki Ninja 250R, kini pakai senjata baru Kawasaki Ninja ZX-25R.
Sedangkan tim Honda layaknya Astra Honda Racing Team (AHRT), tetap setia menggunakan Honda CBR 250RR.
Baca Juga : Satu Hari Seting Kawasaki Ninja ZX-25R Langsung Podium AP250 ARRC Thailand
Namun agar pertarungan tetap seimbang karena kapasitas dan jumlah silinder yang berbeda, FIM Asia dan Two Wheels Motor Racing selaku promotor ARRC menerapkan regulasi berbeda untuk tiap motor.
“Saya setuju dengan aturan ini, karena regulasi ini dibuat agar seimbang antar tiap motor,” ungkap Ibnu Sambodo, owner tim Motul Sniper Manual Tech dilansir MotoSport.id.
Seperti halnya Ninja ZX-25R yang memiliki 4 silinder, tetapi juga memiliki bobot lebih berat 20 kg ketimbang varian 2 silinder segaris lainnya.
Jika bobot minimum motor 2 silinder seperti Yamaha YZF-R3 dan Honda CBR 250RR memiliki regulasi bobot minimum 140 kg, maka ZX-25R berada di 160 kg.
Bobot dan Pengereman
“Kemarin bobot Aiki dan motor keseluruhan menjadi 223 kg, Karena Aiki sendiri berat badannya 63 kg,” sebut Pak Dhe, sapaan akrab Ibnu Sambodo.
Lantaran senjata baru dan belum banyak waktu ujicoba di trek, bobot total ini sempat membuat ada kendala teknis di pengereman.
Dengan cuaca panas di Race 1, rem depan mengalami gejala overheat akibat kerapnya hard braking di berbagai titik tikungan.
Adanya tambahan bobot, distribusi beban ketika pengereman ekstrem, rem menjadi lebih cepat panas.
Maka itu, untuk Race 2 dilakukan penggantian part yang spesifikasinya lebih sesuai kebutuhan.
“Tetapi kalau bukan untuk keperluan balap, misalnya harian, maka tidak masalah.Karena standarnya saja sudah bagus, kaliper 4 piston dengan disc brake 320 mm,” aku Pak Dhe.
Batas Limitter Rpm ZX-25
Penyesuaian lain, juga ada di sisi limitter putaran mesin.
Menurut Ibnu Sambodo, limitter di ZX-25R dibatasi hanya di 16.000 rpm.
“Kalau bicara power maksimal ZX-25R, bermain di rpm yang sangat tinggi,” timpal Pak Dhe.
Tetapi dengan limiter ini saja, pacuan Aiki bisa tembus top speed 200,7 km/jam di sirkuit Buriram.
Selain itu, setidaknya penerapan limitter tersebut bisa mengimbangi performa motor lain di kelas AP250.
Ninja ZX-25R ibarat mainan baru yang butuh waktu atau jam terbang untuk ditaklukkan.
Baca Juga : Hasil Race 2 AP250 ARRC Thailand 2024 – Herjun Atna Firdaus Kumandangkan Indonesia Raya
Aiki Iyoshi yang biasa memacu Ninja 250R, juga butuh adaptasi gaya balap ketika besut ZX-25R yang bobotnya lebih berat dan tak seramping pacuan sebelumnya.
“Ketika FP3 (latihan bebas 3) dan Kualifikasi, sempat terkendala kopling. Karena belum sepenuhnya tahu karakter ZX-25R,” buka Pak Dhe.
Untuk itu, selain dari pembalap, dari teknis motor juga butuh penyesuain setting lagi di bagian kopling layaknya Ninja 250R.
Akhirnya, masalah tersebut teratasi ketika balapan berlangsung.
Dengan senjata baru ini, Pak Dhe justru sangat yakin menantap musim kompetisi ARRC kedepannya.
“ZX-25R bisa unggul bersaing dengan kompetitor. Ini menurut saya loh ya, yang biasa menangani motor underdog,” pungkas pria yang ketika tertawa terlihat tambah karismatik ini.
Wah, bisa-bisa ada tim privateer lain yang mau balap pakai ZX-25R nih.