Lin Jarvis, dikabarkan resign di pengujung 2024. Kabar ini memang belum official, karena masih menunggu konfirmasi dari Yamaha. Jika ini benar, berarti akan ada alih tapuk pimpinan pada sebuah entitas dengan nama besar di blantika balap motor dunia. Bayangkan, Lin Jarvis ini menjadi pimpinan Yamaha balap sejak 1998 atau artiya hampir 3 dekade. Lama bener itu. Di bawah kendalinya, Jarvis – kini 66 tahun – telah memboyong 8 kali juara dunia.
Jarvis pula yang berada di balik suksesnya memboyong Valentino Rossi dari Honda. Hingga berhasil menggondol 4 juara dunia. Begitu pula keputusannya mengontrak pembalap muda Jorge Lorenzo yang terbukti sahih mengoleksi 3 piala juara dunia dan Fabio Quartararo pada 2021.
Sekali lagi, jika ini benar, sejatinya bukan waktu yang tepat bagi Yamaha untuk meng-iya-kan Jarvis resign. Pasalnya, saat ini Yamaha benar-benar dalam kondisi ‘sedang mengembalikan marwahnya’ sebagai tim balap unggulan. Sebuah usaha besar bagi sebuah organisasi balap kelas dunia. Maka yang jadi pertanyaan besarnya, siapa kira-kira pengganti sang maestro pimpinan team asal Inggris ini? Tentu mengingat tugas besarnya Yamaha dengan segala pernik organisasi balap ini. Bukan hal mudah menentukan penerusnya. Ada 5 kandidat calon pengganti Jarvis. Siapa saja mereka?
Kandidat Kuat
Yang pertama Massimo Meregalli. Nama ini mencuat karena dia adalah team manager Yamaha dan pekerjaannya persis di bawah Jarvis. Mantan pembalap asal Italia ini masuk dalam struktur organisasi sehingga paham betul tetek-bengek secara detail pada tugas menjalankan sebuah tim balap.
Dia juga intensif terlibat pada kampanye ‘kebangkitan’ Yamaha unutk menjadi ti andal. Pengetahuna mengenai masalah yang sekarang terjadi dan rencana ke depan, dia sangat terlibHe’s also been a key component of Yamaha current rebuilding caat dan paham. Terlebih pada regulasi baru yang akan diterapkan pada 2027. Secara teknis tidak ada yang perlu diragukan. Kelemahannya satu, dia bukan orang paham urusan managerial. Ini barangkali faktor yang mungkin bukan piihan CEO perusahaan.
Kandidat kedua Paolo Pavesio. Nama ini bukan media darling, bahkan banyak fans Yamaha MotoGP tidak familiar. Dia ini sudah 20 tahun jadi karyawan Yamaha untuk wilayah Italia dan mengurusi operasional motorsport untuk Eropa, seperti superbike dan offroad racing, tapi bukan MotoGP.
Lantaran dia merupakan ‘orang dalam’ Yamaha, peluang menggantikan Jarvis juga besar. Apalagi management di Eropa memang cenderung dijalankan dengan cara Eropa, bukan ala-Jepang. Kedekatan dengan petinggi Yamaha jelas menjadi keuntungan yang sulit diabaikan.
Risiko Pakai Orang Luar
Nama lain yang muncul di meja Yamaha, Livio Suppo. Dia ini master menjadi pimpinan tim balap. Dia pernah memimpin tim Ducati, Honda dan juga Suzuki. Tidak pernah ada keluhan pada pabrikan ketika Suppo memimpin tim balap. Malah cenderung selalu menurut pada katanya. Dia juga sebagai konsultan di Italtrans Moto2 team sejak Suzuki tiba-tiba pamit dari MotoGP pada 2022.
Kemungkinannya memang tipis karena Suppo bukan orang Yamaha dan cara ‘membawa’ tim juga sangat berbeda dibanding Jarvis. Terlalu berisiko jika memasang Suppo sebagai pucuk pimpinan balap Yamaha.
Andrea Dosoli juga disebut-sebut sebagai nama yang punya potensi besar sebagai pengganti Jarvis. Dia ini dinilai berhasil mengangkat nama Yamaha di kancah balap Superbike. Dosoli yang memperkenalkan Yamaha R1 pada 2015 di WorldSBK. Dan di bawah kendalinya Yamaha menjadi juara dunia di tangan Toprak Razgatlioglu. Namanya makin harum lantaran di tangannya pula jadi juara Suzuka 8 Hour 4 kali berturutan, selain juara nasional Inggris, Amerika dan Jepang.
Namun, agak sulit memboyong Dosoli ek MotoGP. Mengingat, Dosoli saat ini masih berkutat dengan Jonathan Rea di WorldSBK sepeninggal Razgatlioglu. Dia sedang dalam proses mempertahankan pesona Yamaha di kancah motor ini.
Sedangkan nama lain yang sayup terdengar, Johan Stigefelt. Dia ini mantan tim manager Petronas di MotoGP. Stigefelt paham betul bagaimana menjalankan sebuah tim dan mengetahui bagaimana Yamaha di kancah MotoGP. Thanks to pengalaman dia menjadi pimpinan tim satelit Yamaha.
Pria warga negar Swedia ini juga punya hubungan kerja yang dekat dengan Fabio Quartararo hingga suskesnya pada 2019. Kelemahannya dia tidak cukup dekat dengan management pabrikan, sehingga dia dianggap kurang mumpuni untuk meneruskan jabatan Jarvis di masa yang krusial ini.
Kita tunggu saja siapa yang akan didapuk sebagai pengganti Jarvis, setelah resmi dia resign.
[Foto2: motogp]