Ajang Kejuraan Nasional alias Kejurnas bertajuk Pertamina Mandalika Racing Series, putaran final sukses diselenggarakan pada 19-20 Oktober 2024 di Sirkuit Mandalika.
Kejurnas Pertamina Mandalika Racing Series yang tahun ini diselenggarakan sebanyak 5 seri, dan sudah terselenggara selama dua tahun ini, menjadi penghilang dahaga baik pembalap, mekanik maupun pemilik tim.
Karena sebelumnya Kejurnas Sport di Indonesia sempat hilang, dan keberadaan Sirkuit Mandalika menjadi pemicu ajang Kejurnas sport terlahir kembali.
Selain itu, hadirnya MotoGP di Indonesia juga menjadi semangat untuk menyelenggarakan balapan motor yang berkualitas.
Baca juga: Manfaat Live Streaming di Mandalika Racing Series Bagi Pembalap
Apalagi kualitas penyelenggaraan suatu ajang balap motor, akan berbading lurus dengan kualitas balapannya itu sendiri.
Nah, untuk menciptakan balapan yang berkualitas, pihak penyelenggara harus tegas dalam memberlakukan aturan.
Tentu pemberlakuan aturan tersebut, harus dibarengi dengan fasilitas sirkuit, dan Sirkuit Mandalika sudah memiliki fasilitas yang mumpuni.
Ada aturan di Mandalika Racing Series ini yang menjadi buah bibir di area paddock.
Aturan tersebut adalah, pembalap dilarang melambatkan laju motornya saat sesi kualifikasi.
Perilaku pembalap yang melambatkan laju motornya, untuk menunggu lawannya supaya bisa curi angin kerap dilakukan.
Tak hanya di level Kejurnas, bahkan perilaku ‘pembalap nakal’ ini pernah dilakukan oleh pembalap MotoGP.
Hal tersebut terjadi di seri COTA Amerika pada tahun 2022, yang membuat Alex Rins protes.
Baca juga: Anak Kecil U-15 Tahun Adu Kebut di Ajang Mandalika Racing Series
Ternyata di tahun itu di Amerika perilaku tersebut, juga dilakukan oleh pembalap Moto3.
Perilaku tersebut, tentu berbahaya karena berpontensi terjadinya kecelakaan.
Makanya pihak penyelenggara Kejurnas menerapkan aturan, bagi pembalap yang terbukti melambatkan waktunya akan mendapatkan hukuman penambahan waktu 3 detik, dan dengan Rp1 juta.
Masukan dari Pembalap
Aturan penambahan waktu dan denda, bagi pembalap yang melambatkan laju motornya memang dinilai bagus.
Hanya saja, Gerry Salim pembalap dari tim Honda GPS MTS Racing Team, memberikan masukan tim juri harus melakukan investigasi mendalam sebelum memberikan sanksi.
“Karena tidak semua pembalap melambatkan laju motornya, untuk menuggu lawan agar bisa melakukan slipstream,” bilang Gerry.
Sehingga Gerry menjelaskan, jika ada pembalap yang melambatkan laju motornya jangan langsung dikenakan sanksi.
Baca juga: Persaingan Ketat Pembalap di Race Pertama Mandalika Racing Series
Pada intinya, Gerry Salim setuju dengan aturan tersebut hanya saja pihak juri disarankan untuk melakukan investigasi dahulu sebelum memberikan sanksi.
Jawaban dari Penyelenggara Mandalika Racing Series
Pihak penyelenggara menjelaskan, soal aturan melarang melambatkan laju motor saat kualifikasi.
Edi Horison, seorang Race Direction yang sudah lama malang melintang di dunia balap motor nasional menjelaskan bahwa, pihak juri memantau perilaku pembalap lewat cctv yang berada di sirkuit.
“Jadi perilaku pembalap bisa dipantau di ruang race control,”
“Selain itu sekarang pihak juri bisa memantau catatan waktu para pembalap di setiap sektor,” bilang Edi Horison.
Lebih lanjut pria yang akrab dipanggil Koh Edi ini menjelaskan, banyak ‘pembalap nakal’ yang mengakali agar bisa melakukan slip streaming saat kualifikasi.
Baca juga: Kejurnas Road Race di Mandalika
“Makanya kita lihat saja catatan waktu tercepat dan terlambatnya, jika lebih dari 5 detik maka ada indikasi pembalap tersebut melambatkan laju motornya,” bebernya.
Edi Horison juga menjelaskan, pihak juri atau penyelenggara tidak mencari-cari kesalahan pembalap agar bayar denda, tapi lebih menekankan pada kualitas balapan.
“Kita ini sekarang sudah live streaming, menggunakan sirkuit internasiona, sehingga banyak pihak yang bisa melihat kualitas balapan melalui tayangan langsung tersebut,” ucap Edi.
Karena bagi Edi, kualitas balapan akan menjadi masa depan, ajang balapan tersebut langgeng.
“Banyak pihak yang mengandalkan kebutuhan hidupnya dari balapan, makanya agar ajang balapan bisa terus berlanjut maka balapannya harus berkualitas,” bebernya.
Sehingga ketika pihak penyelenggaranya tegas, maka pembalap tidak coba-coba melakukan pelanggaran.
“Nah ketika pembalap patuh pada aturan main, akan melahirkan persaingan yang sehat, jadi kualitas balapannya akan bagus,” pungkas Edi.