Desakan reformasi dewan juri perlombaan (steward panel) makin keras disuarakan. Dewan juri di bawah pimpinan Freddie Spencer ini dinilai tidak konsisten dan tidak jelas dalam memutuskan sebuah kejadian. Jika sebelumnya beberapa pembalap hanya ngedumel, kini mulai terang-terangan menentang dan protes akan ketidakadailan itu.
Selain dinilai tidak adil, dewa juri juga acap kali menyelesaikan masalah dengan melalui pendekatan informal dan personal yang sialnya, keputusan itu sudah ditentukan sebelum pendekatan dilakukan.
Penalti Tak Berdasar
Kejengkelan pembalap berturut-turut. Pemantik api kejengkelan, Pecco Bagnaia yang kena sanksi turun 3 posisi grid saat balap di Mugello. Pecco dianggap juri menghalangi laju motor Alex Marquez di menit terakhir FP2 Mugello hari Jumat. Pecco merasa sudah melambung, tapi Alex mengaku dihalangi.
“Hal seperti ini bikin frustasi,” keluh Pecco usai memenangi Sprint Race. “Ketika kami sedang berdiskusi dengan juri, pada saat yang sama mereka mengumumkan hukuman itu. Ini menunjukkan mereka tidak mau mendengarkan sanggahan dan pembelaan kami,” lanjut Pecco sambil siap menunjukkan data telemetry mengenai jalur balap dan kecepatan saat itu.
Baca : Yamaha Umumkan Tim Satelit di Mugelo, Team VR46 atau Pramac?
Pecco juga mengungkit saat kejadian senggolan dengan Marc Marquez, di seri Portimao. Senggolan yang membuat kedua pembalap ndlosor itu, dianggap dewan juri sebagai kejadian biasa di balap dan tidak ada yang salah. Padahal jika dicermati dengan baik, Pecco yakin Marquez menutup jalur balap yang menyebabkan senggolan keras. Yang menjengkelkan, juri nyeletuk, jika Pecco tidak jatuh, juri akan memberi hukuman long lap. Apa maksudnya coba!
Kejadian mirip kasusnya Miquel Oliveira yang ndlosor dan bikin Fabio Quartararo tumbang bareng di tikungan. Miguel tidak dikenai sanksi padahal jelas dia biang salah di Sprint Race Mugello. Quartararo sudah menyatakan keberatan, tapi tetap tidak ada hukuman ada Miguel. Bisanya hanya jengkel dan ngomel tanda tak terima atas keputusan juri.
“Juri perlu dievaluasi dan jika perlu diganti. Karena juri harus paham kondisi balap sekarang dan bukan orang hebat 25 tahun lalu. Kondisi sekarang semuanya berbeda. Kecepatan motor sudah lain, teknologi motor dan juga kondisi aspal serta lainnya sangat berubah,” tandas Pecco.
Kena Hukuman
Di Moto3 juga keputusan juri dinilai tidak berdasar. Herve Poncharal bos tim Tech3, yang mengganjar pembalapnya Dani Holgado dengan dobel long lap di Mugello kemarin. Holgado dituding sebagai penyebab Jose Antonio Rueda and Stefano Nepa keluar lintasan setelah restart (bendera merah akibat Xabi Zurutuza jatuh dan luka). Hukuman itu bikin posisi Holgado melorot jadi ke-14.
Di tikungan 1, Holgado terhimpit di antara banyak pembalap. Sial saja Rueda serempetan dan jatuh, lalu menyeret Napa mencium bumi. Ramai-ramai di tikungan pertama kodratnya begitu dan mestiya tidak bisa disalahkan. Poncharal jelas kaget melihat press release pembalapnya kena hukuman itu.
“Ketika kami menemui juri, mereka tidak memberi penjelasan lebih lanjut dan hanya bilang manuver itu terlalu ambisius dan tidak bertanggung-jawab. Aneh,” keluh Poncharal sambil mempersilakan melihat rekaman ulang saat kejadian.
Aleix Espargaro yang tahun ini pensiun sepaham jika MotoGP perlu penyegaran juri. Meski dia yakin dewan juri melakukan yang terbaik, “Kita perlu orang yang lebih paham MotoGP 2024. Bukan orang yang telah 25 tahun lebih tidak berkecimpung di balap ini. Tapi juga jangan yang baru 2 atau 3 tahun paham MotoGP,” ujar Espargaro yang pernah kena denda Rp 175 juta (€10.000) karena memukul helm Franco Morbidelli.
“Meski saya sangat tidak ingin membayar denda, tapi itu saya lakukan. Karena jika kita ingin dihargai, kita juga harus menghargai keputusan mereka,” imbuh Espargaro.
[Foto2 motogp]