Beberapa tahun ini Ducati super power, sedangkan pabrikan Jepang di MotoGP, seperti Yamaha dan Honda performanya menurun bahwa bisa dibilang melempem.
Padahal sebelum Ducati mendominasi, pabrikan Jepang sangat kompetitif.
Bahkan dahulu pembalap yang menggeber pabrukan Jepang, pubya drama tersendiri.
Seperti persaingan antara Valentino Rossi yang geber Yamaha, dengan Marc Marquez yabg membesut Honda.
Kini ironisnya dua pabrikan Jepang tersebut tak hanya kalah dengan Ducati, tapi mereka pun kesulitan untuk berkompetisi dengan Aprilia dan KTM.
Melempemnya pabrikan Jepang, beberapa pihak menilai karena masa pandemi Covid-19 lalu, yabg sempat membuat tahap pengembangan Honda atau Yamaha agak terhambat.
Ada juga yang menilai, Ducati masif dalam mengembangkan motor, apalagi kini Ducatu turun dengan 8 motor.
Pengakuan Bos Ducati
Nah, namun menurut Gigi Dall’Igna, General Manager Ducati menyebutan, faktor yang membuat pavrikan Jepang mundur itu bukan karena masalah finansial.
Tapi, lebih kepada sikap mereka saat sedang berada di atas kejayaan.
“Bisa dikatakan mereka telah meremehkan lawan-lawannya, dan ini yang selalu jadi masalah,” bilang Dall’Igna, dinukil Motosport.id dari Motosan.es.
Dall’Igna mencontohkan, tentang era kejayaan Honda sebelum bersama Marc Marquez.
Kala itu Honda benar-benar sangat mendominasi kelas MotoGP hampir 10 tahun terakhir.
Tapi kata Dall’Igna, ketika mereka punya mega bintang membuat pabrikan berlambang sayap mengepk ini lupa diri.
Sehingga mereka jumawa, dan tidak mewaspadai kebangkitan para kompetitornya.
“Padahal ketika Anda punya seorang juara dunia, Anda tetap harus terus bekerja keras karena Anda harus memberikan pembalap Anda motor terbaik, mendengarkan semua pembalap Anda,” beber Dall’Igna.
Biasanya kata Dall’Ina mereka keasikan punya pembalap jago, hingga akhirnya sulit berfikir mereka punya batas kelemahan.
Dibandingkan Yamaha, Honda terlihat yang paling merana pada MotoGP 2024 kali ini.