Beberapa musim terakhir ini penampilan Ducati di MotoGP moncer, selain berhasil menjaga titel gelar juara dunia MotoGP lewat Francesco Bagnaia, Ducati juga mendominasi dari seri ke seri.
Musim ini pesona Ducati sepertinya akan semakin seru, dengan kehadiran Marc Marque’z yang bergabung dengan tim satelit dengan menggunakan motor Ducati.
Ternyata keberhasilan Ducati pada akhir-akhir ini, adalah hasil dari penantian selama 15 tahun.
Menurut Paolo Ciabatti, Direktur Sport Ducati Corse mengungkapkan bahwa tidak mudah untuk meraih gelar juara dunia MotoGP, terlebih era Valentino Rossi merupakan masa paling sulit. Ducati menilai, pada masa Valentino Rossi pihaknya merasa gagal total.
Pabrikan asal Borgo Panigale itu tidak menorehkan prestasi setelah kali terakhir menang pada 2007. Ducati gagal mengawinkan kesuksesan dengan legenda MotoGP Rossi.
Pembalap Italia itu hanya mencetak tiga podium dalam dua musim sebelum kembali ke Yamaha. Bahkan pemimpin tim motogp Ducati Filippo Preziosi kala itu mengundurkan diri pada tahun 2013 usai mengomandoi Ducati.
Masuklah Paolo Ciabatti, yang mengaku sempat ingin hengkang dari Ducati pada pertengahan 2013. Dia mengatakan era Rossi di Ducati meninggalkannya di bawah tekanan ekstrim.
“Jika saya flash back ke tahun 2013, jujur di pertengahan musim saya ingin berhenti,” kata Manajer tim pabrikan Ducati Lenovo, Davide Tardozzi, dikutip dari Autosport.
Lebih lanjut Tardozzi menambahkan Ducati keluar dari dua tahun yang tidak sukses dengan Valentino dan kemudian memiliki Andrea Dovizioso dan Nicky dan masih banyak berjuang, media sangat negatif pada Ducati mengatakan kami tidak kemana-mana, ya itu benar untuk hal tertentu, karena kami tidak memiliki arah teknis yang jelas tahun itu.
“Tapi untungnya, berkat dukungan dari CEO kami Claudio Domenicalli, yang saya kenal selama lebih dari 20 tahun, saya terang-terangan kepadanya dan mengatakan ‘ini adalah situasi di mana kita tidak kemana-mana, dan jika terus seperti ini, sangat negatif bagi citra perusahaan,” tambahnya.
Akhir tahun 2013, Gigi Dall’Igna dibajak dari Aprilia sebagai General Manager, menggantikan posisi Benhard Gobmeier.
Setahun berikutnya, Davide Tardozzi pun direkrut untuk jadi manajer tim pabrikan Ducati di MotoGP. Sejak Trio Italia ini diduetkan, Ducati bangkit dari keterpurukan dan kini jadi tim yang menakutkan.
Tapi jauh sebelum itu, Ducati juga sempat kesulitan cari sponsor karena kebanyakan hanya ingin mendanai jika Valentino Rossi jadi pembalapnya.
“Domenicalli berhasil meyakinkan Gigi untuk meninggalkan Aprilia dan sejak itu semuanya menjadi lebih baik. Sulit juga karena Ducati tidak sebesar Jepang, jadi kami harus mengandalkan sponsor dan kemitraan,” terang Ciabatti.
“Dan pada saat itu sangat sulit untuk menemukan orang yang ingin berinvestasi di Ducati karena hanya Valentino mereka benar-benar siap mendukung untuk mendapatkan liputan sebaik mungkin,” tambah dia.
“Juga sulit untuk membangun kembali kredibilitas ini dan Anda hanya dapat membangunnya dari hasil. Anda bisa menjanjikan, tetapi jika Anda berasal dari latar belakang yang tidak sukses (sulit untuk meyakinkan orang),” jelasnya.
“Jadi, itu tidak mudah dan jika Anda melihat 10 tahun terakhir ini adalah hal yang luar biasa,” pungkasnya.